MASA DEPAN SIAPA YANG TAHU
Kesempatan untuk melayani di Gereja Kristen Injili Nusantara (GKIN) di Desa Kalilegi yang masuk wilayah Kabupatan Blitar adalah baru pertama kali, walaupun warga gereja itu hampir seluruh jemaat menjadi pendengar program renungan yang dibawakan Pdt. Pudjianto dari Radio Gracia Blitar. Gedung gereja itu secara fisik terlihat cukup layak bangunannya. Sementara jemaat yang beribadah kebanyakan warganya adalah petani demikian menurut bapak Sudjianto yang menjadi orang pertama di gereja itu. Pak Sudjianto ketika awal bertempat di desa Kalilegi itu sudah menjadi warga sebuah gereja, namun untuk ke gereja jaraknya 10 km dari tempatnya. Maka Bapak Sudjianto berinisatif mengabarkan Injil kepada para tetangganya.
Oleh niat dan pimpinan Tuhan Yesus tentunya, pada waktu itu ada salah satu saudara yang sakit berat, sudah berobat ke mana-mana tidak juga sembuh. Dalam situasi yang demikian Bapak Sudjianto diminta untuk mendoakan. Perkiraan banyak orang saat itu bahwa orang yang sakit berat itu tidak akan tertolong lagi. Bapak Sudjianto bersama dengan beberapa anggota keluarganya datang untuk mendoakannya. Mujizat terjadi, sehabis didoakan maka tidak sampai berganti hari saudara yang sakit itu sembuh seperti sedia kala. Peristiwa itu ternyata awal dari bergabungnya para tetangga untuk percaya kepada Tuhan Yesus di tempat tersebut. Para tetangga yang ikut bergabung di kemudian hari menjadi murid Tuhan Yesus ada 15 orang. Cukup banyak jumlahnya dan itu terjadi tahun 1985. Oleh pertimbangan banykepala keluarga akhirnya mereka mengadakan persekutuan tersendiri dan tidak perlu pergi ke gereja yang jaraknya cukup jauh. Mereka akan dilayani dari sebuah gereja yang akan datang kepada mereka.
Sayangnya dalam perjalanan waktu ternyata gereja di mana Pak Sudjianto menjadi anggota, tidak memiliki waktu lagi melayani. Alasannya karena gereja yang mana Bapak Sudjianto menjadi jemaat memiliki pos pelayan cukup banyak jumlahnya, sehingga waktunya tidak memadai. Oleh karena itu Pak Sudjianto yang kebetulan putranya sekolah Teologia di sekolah milik Sinode GKIN, mencoba minta pelayan yang bisa melayani di desanya tersebut. Ternyata permintaan tersebut dikabulkan dan akhirnya berdiri gereja baru tersebut. Maka pak Sudjianto meminta ijin kepada gerejanya bahwa persekutuan yang sudah dibentuk tersebut dilayani dari GKIN, dan ternyata gayung bersambut GKIN tidak keberatan menerima pelayanan tersebut.
Puji nama Tuhan karena ternyata Tuhan memberkati pelayanan tersebut sampai saat ini. Dalam perjalanan waktu banyak tantangan dan rintangan muncul. Salah satunya adalah adanya gerakan-gerakan dari beberapa pihak yang pada intinya menghambat dengan berbagai cara, sehingga tadinya sudah berkumpul ratusan orang satu persatu meninggalkan kekristenan kembali ke hidup dan kepercayaan lama mereka. Walau demikian beberapa orang yang tetap setia juga banyak, dan itulah yang menggembirakan Pak Sudjianto. Jerih payah dalam mengabarkan Injil memang tidak sia-sia. Masa depan memang siapa tahu. Tidak pernah membayangkan bahwa akhirnya orang-orang yang percaya di desanya itu memiliki gereja, dan punya pendeta. Mengingat masa lalu yang menjadi murid Yesus adalah hanyalah dirinya dan keluarganya saja.
Salah satu yang Pak Sudjianto bersyukur adalah bahwa untuk pengetahuan jemaat dalam hal rohani warga, salah satunya bisa mendengar renungan setiap hari dalam Bahasa jawa dan Bahasa Indonesia yang diproduksi oleh Lembaga Iman dan Doa (PID). Itu yang membuat iman jemaat yang tadinya sudah setia bertambah diteguhkan imannya. Terlebih kedatangan Pdt. Pudjianto yang melayani di gerejanya, merupakan kesukaan tersendiri. Selama ini hanya mendengarkan suaranya saja, tapi sekarang bisa bertemu dan mendengarkan langsung melalui khotbah yang disampaikan lewat mimbar gereja.