KESAKSIAN PENDENGAR - MERASA TIDAK ADA KEDAMAIAN

Salah satu bapak yang menyebut dirinya dengan panggilan Pak Tri, menceritakan bagaimana dirinya sekarang begitu rajin ke gereja. Kerajinannya tersebut tentu bukan tanpa sebab, selain karena dorongan Roh Kudus yang terus menuntun dirinya tapi ada factor lain yang dialaminya. Hal tersebut diawali di mana dalam masa tertentu dalam hidupnya mengalami kegelisahan dan ketakutan. Pak Tri tidak tahu penyebabnya dirinya mengalami kegelisahan dan ketakutan. Padahal hal tersebut terjadi Ketika berada di tempat ibadahnya yang lama, Ketika ia mendengarkan pengajaran, ketakutan dan kegelisahan itu semakin melandanya.
Namun suatu hari tanpa sengaja istrinya menceritakan pengalamannya bahwa dia menemukan sebuah siaran di gelombang radio yang menyiarkan dalam bahasa Jawa yang terasa enak didengar di telinga. Pak Tri bertanya-tanya dalam hati, siaran apa yang menarik bagi istrinya tersebut? Akhirnya setelah berdiskusi istrinya mengajak dan ternyata ketika itu bersama istrinya mendengarkan sebuah ajaran yang menurutnya begitu bagus, dan enak dirasakan.
Pak Tri sendiri yang mendengarkan entah ajaran yang didengarnya itu sendiri atau apa yang dikumandangkan melalui siaran radio itu menentramkan hatinya. Mungkin music bernuansa Jawa yang mengiringi ajaran itu atau pembawa siaran tersebut? Pak Tri tidak bisa mengatakannya. Namun, memang enak seperti hidup itu kalau dijalani seperti yang diajarkan akan menjadikan dirinya diliputi damai sejahtera. Satu kendala saja Ketika mendengarkan siaran tersebut, “sayangnya, memang itu ajaran Kristen,” akunya.
Karena tahu itu ajaran Kristen maka di dalam hatinya ada pertentangan, antara terus mendengarkan atau tidak. Tetapi istrinya, setiap ada siaran ajaran Kristen dalam Bahasa Jawa itu selalu berusaha untuk mendengarkan dengan setia.
“Kenapa to pak, kalau itu membuat bapak bisa menjadi damai sejahtera tidak terus didengarkan saja?” demikian kata istrinya menanyakanannya.
“Kalau kita sudah kecanduan, kita mesti harus ke gereja to bu”, demikian kata Pak Tri menjawab istrinya tersebut.
“Ya tidak harus … dengarkan di rumah saja,” demikian kata istrinya.
Namun, ternyata kehausan akan ajaran itu membuatnya Pak Tri tidak bisa tahan. Dan akhirnya seperti saran pendeta yang bersiaran bahasa Jawa itu kalau ingin ke gereja mencari gereja yang terdekat. Dan ternyata dirinya sangat disambut ketika masuk gereja yang dekat di rumahnya. Mulailah rasa senang karena ternyata banyak saudara yang peduli terhadap dirinya. Pak Tri sekeluarga sekarang rajin ke gereja. Karena rasanya Tuhan Yesus itu cocok untuk menjadi sandaran hidup sekeluarganya. (Tri L, di pinggiran kota Solo).