PENTINGNYA KEMURNIAN DALAM PELAYANAN

Rekan pelayanan yang sama-sama tergabung dalam Gereja Pelayanan Kristen atau biasa disebut CMC (Christian Church Ministry) mengundang Pdt. Pudjianto sebagai wakil dari Lembaga Pelayanan Iman & Doa untuk berbicara di Gereja CMC di Bulusari, Kediri. Gereja tersebut dipimpin oleh Pendeta Tjatur sebagai gembalanya. Tema yang dibawakan oleh Pdt. Pudjianto adalah “JANGAN TAWAR HATI”.
Anggota di gereja tersebut terbilang masih sedikit dari segi anggota jemaatnya, namun faktanya hal tersebut tidak menyurutkan semangat gembala di gereja tersebut dalam melayani. Hal tersebut ditandai dengan kegiatan hamba Tuhan tersebut masih biasa membantu pelayanan perintisan di daerah lain yaitu di Madiun yang ditangani oleh seorang ibu yang juga dibawah sinode CMC.
Makanya pemilihan tema yang disampaikan oleh Pdt. Pudjianto serasa tepat yaitu yang berbicara mengenai tawar hati. Tema tersebut sebenarnya membahas mengenai banyaknya sebab orang menjadi tawar hati. Tawar hati itu bisa terjadi di manapun, baik ke gereja, sebagai jemaat, pelayan Tuhan, atau di dalam menghadapi cobaan hidup. Jika seseorang menjadi tawar hati, maka ada beberapa akibat yang bisa ditimbulkan:
Pertama, orang yang patah hati secara fisik akan kehilangan kekuatan di dalam dirinya. Sekuat apapun orang itu tapi kalau namanya sudah tawar hati maka orang itu akan kehilangan kekuatan secara jasmani dari dirinya.
Kedua, pengaruh kepada emosi. Secara emosi orang itu akan kehilangan kenyataan, kehilangan realitas. Tidak bisa melihat sesuatu apa adanya. Melihat orang lain senantiasa salah. Merasa diri terisolasi.
Ketiga, pengaruh kepada mental: Ketika seseorang mengalami tawar hati, secara mental orang itu akan kehilangan memori. Orang itu kehilangan ingatannya. Maka akibatnya tidak bisa melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Keempat, pengaruh secara rohani: orang itu kehilangan kedekatan dengan Tuhan. Bisa jadi dalam kondisinya banyak menyalahkan Tuhan.
Kelima, orang yang dikuasai oleh tawar hati maka ia merasa Tuhan sudah meninggalkan hidupnya.
Rasul Paulus dalam Efesus 3:14-21, mengajak kepada orang-orang Kristen di Efesus untuk tidak tawar hati dalam melihat sebuah situasi yang tidak mengenakkan. Dalam konteks ini rasul Paulus minta supaya jemaat tidak menjadi tawar hati ketika melihat kenyataan Paulus yang sedang dalam kesulitan. Sebaliknya Paulus mengambil sikap untuk malah hormat dengan sujud kepada Bapa, karena hanya Dia yang bisa memberi kekuatan ketika harus menghadapi problem kehidupan.
Dan ternyata Pdt. Tjatur adalah orang yang sungguh-sungguh meyakini panggilan Tuhan untuk melayani di Bulusari. Walaupun banyak hambatan, tetapi karena memiliki tujuan jelas bahwa dia sedang ikut ambil bagian dalam melebarkan Kerajaan Allah, maka Bapak Tjatur terus maju, dan akhirnya terbentuklah sebuah Persekutuan. Tidak tawar hati ketika hambatan-hambatan berdatangan untuk menggagalkan penginjilannya.
Sekarang gereja yang dirintisnya sudah memiliki tempat untuk beribadah, sudah memiliki kendaraan yang bisa dipakai untuk mengantar jemput jemaat, walaupun hanya berupa sepeda motor roda tiga, namun sudah memadai untuk sementara ini. Bagaimanapun semua yang diberikan oleh Tuhan disyukurinya dengan keyakinan bahwa itu semua anugerah Allah.