RUANG KESAKSIAN PENDENGAR (BIARPUN SENDIRI TETAP SETIA IKUT YESUS)

RUANG KESAKSIAN PENDENGAR  (BIARPUN SENDIRI TETAP SETIA IKUT YESUS)

Bapak Raharjo pensiunan kepala sekolah menceritakan bahwa beliau sudah lama sekali mencari ketenangan jiwa. Mencari orang yang benar-benar menjamin dirinya selamat nanti apabila dirinya memasuki gerbang kematian. Bapak Raharjo sendiri tinggal di tengah-tengah lingkungan yang tidak ada orang Kristennya sama sekali. Dan hal ini membuatnya merasa sulit untuk sekedar mencari informasi tentang kekristenan atau apapun yang berhubungan dengan gereja. 

 Tapi rupanya dia ingat bahwa di radio terkadang ia mendengar acara-acara agama termasuk Agama Kristen. Maka ketika itu dia mulai memutar radio milik pemerintah daerah kota Kudus, yang sedang menyiarkan sebuah pembahasan setiap hari dalam Bahasa Jawa tentang kebenaran firman secara kristiani.  Setiap sore setelah jam 20.00 WIB, pasti ada siaran Kristen ini.

 Benar saja, keinginan untuk mendengarkan siaran dalam pembahasan tentang agama Kristen itu terpenuhi melalui radio. Dan Bapak Raharjo merasa tertarik sekali, sehingga ia mulai tekun mendengarkan siaran Kristen melalui radio. Karena ketertarikan itulah akhirnya ia punya kemantapan untuk mendalami. Dan salah satu yang ia lakukan adalah meminta kepada anak-anaknya membelikan Alkitab. Ia berkomitmen untuk mempelajari sendiri dengan cara membaca Alkitab yang akhirnya diperolehnya tersebut.

Dalam bayangannya, ketika Alkitab ada di tangannya, dan ia ingin mempelajarinya dengan menyandingkan melalui apa yang didengarkan melalui radio. Jadi, karena dalam siaran pasti pembicaranya akan mendasarinya dari firman Tuhan yang diambil dari Alkitab. Artinya, bahwa setiap pembahasan itu bicara ada dasarnya, bukan hanya sekedar bicara, atau hanya berisi promosi tentang agama atau kepercayaan. Pembicara itu berbicara ada dasar dan tidak pernah berbicara terlepas dari dasar yang telah dipilihnya, yaitu Alkitab.

Rupanya seorang putranya, walaupun bukan orang Kristen namun ia mau mencarikan dan membelikan Alkitab untuk orang tuanya tersebut. Dan itu sangat menyenangkan Pak Raharjo setelah mendapatkan Alkitab tersebut. Ia membacanya, dan mulailah ia banyak mengerti tentang kebenaran dari Alkitab. Dan akhirnya setelah cukup lama ia membaca dan selalu berusaha menyimaknya dengan tekun, maka akhirnya ia memutuskan untuk mencari gereja. Satu-satunya gereja yang ia akan tuju berada di tempat yang cukup jauh, jaraknya antara 4-5 km dari rumahnya. Maka tidak ada salahnya mumpung masih kuat Pak Raharjo akhirnya berangkat ke gereja.

Pertama kali ke gereja, Pak Raharjo tidak bisa lagi membendung air matanya keluar. Dia merasakan begitu nyaman dan sejuk berada bersama dengan orang-orang Kristen di tempat itu. Makanya ia sangat terharu. “Firman Tuhan, seperti embun pagi yang membasahi hatinya yang gersang,”demikian katanya Pak Raharjo menyampaikan kesaksiannya.