Terus Berjuang Walau TEMPAT BERSANDAR DISINGKIRKAN

Tema itulah yang diangkat dalam pelayanan team Pelayanan Iman & Doa (Lembaga PID) ke pos pelayanan salah satu desa di salah satu pedukuhan di wilayah Kediri, Jawa Timur. Memang warga jemaatnya belum terlalu banyak. Bila dihitung masih berjumlah jari-jari kita di tangan saja belum genap. Namun semangat dalam melayani memang luar biasa. Tema khotbah sengaja dipilih karena menyesuaikan dengan situasi dan kondisi jemaat yang ada.
Kondisi keberadaan gereja belum memiliki tempat ibadah,. Sementara yang mereka gunakan selama ini berupa tempat tinggal sekaligus sebagai pusat perintisan dari Pdm. Mochamat Santosa, yang berlatar bukan Kristen. Pdt. Pudjianto sebagai orang yang dipercaya mewakili Lembaga Pelayanan Iman & Doa atau PID memberikan firman Tuhan, yang sifatnya memotifasi, belajar dari kehidupan Daud.
Keberhasilan Daud dalam memimpin peperangan demi peperangan membuatnya namanya berkumandang ke seluruh negeri, dan hal tersebut menumbuhkan kekuatiran tersendiri bagi Raja Saul. Kekuatiran di mana dirinya takut kedudukannya dilengserkan oleh Daud. Makanya Raja Saul berencana membunuh Daud. Daud memang tidak melawan dan lebih baik memilih menghindar dengan melarikan diri dari Raja Saul. Dan dalam pelarian itulah Dia kehilangan tempat bersandar.
Kehilangan tempat bersandar tersebut bisa dalam beberapa hal yang dialami oleh Daud, yaitu pertama, Daud kehilangan kedudukan sebagai pimpinan prajurit. Kedua, Daud kehilangan istri, yaitu Mikhal putri Saul tidak mau mengikuti Daud dalam pelarian. Dan yang ketiga, Daud kehilangan sandaran guru rohaninya, karena nabi Samuel ternyata tidak bisa melindungi.
Memang ketika kehilangan sandaran tersebut Daud menjadi kalut, namun ketika itu Daud rupanya mendapatkan penghiburan yaitu hadirnya Yonatan putra dari Raja Saul yang senang dengan Daud dan menjadi sahabat Daud.
Dalam penerapan dari kisah Daud yang disampaikan dalam tema di atas maka kita bisa mendaftar beberapa hal rohani yang bisa menjadi pelajaran yaitu:
A. Bisa jadi ada perubahan di tengah-tengah pelayanan. Dan kadang-kadang perubahan itu bukan kepadakebaikan, namun rasanya mau menghancurkan pelayanan, hal ini harus mempersiapkan diri, terlebih dalam masa-masa perintisan.
B. Jika memang fokus melayani Tuhan Yesus, jangan berharap mendapatkan penghargaan dari manusia atau dari orang-orang yang ada di atas kita. Dan tidak perlu merasa kecewa kalau sudah berhasil, tapi ada juga orang-orang yang berusaha menghapus jasa-jasa perjuangan kita.
C. Kadang-kadang rohaniwan senior yang diharapkan bisa menolong malah membiarkan begitu saja, atau mencela suatu kebijakan yang kurang tepat. Dalam situasi seperti itu, maka akan terlihat nantinya, siapakah yang menjadi pengikut Kristus sejati, sahabat sejati, pendukung pelayanan sejati?
Tapi lebih penting lagi adalah bagaimana situasi dan kondisi itu bisa menjadi arena pembentukan iman dan kesetiaan kita dalam mengikut Kristus dan membentuk menjadi pribadi yang dewasa.
Karena Pdt. Pudjianto setelah tamat Sekolah Teologia, senantiasa berada di ujung tombak dalam pelayanan, maka dalam perintisan pelayanan sudah cukup menikmati pahit getirnya pelayanan di ujung tombak.
Keterangan Gambar: Ada sorang petobat baru, mengarang sebuah lagu yang sangat mengharukan, sehingga Pdm. Mochamad Santosa sendiri, menyanyi sambil menangis, dan Kristus memang luar biasa!!